“Dosen saya mengatakan “Pengembangan konten mobile di Indonesia umumnya hanya dibawah 2 persen yang bisa bertahan dan diterima pasar” disalah satu matakuliah di semester akhir saya”

Benarkah pertumbuhan konten mobile di Indonesia sudah sebanding dengan penetrasi jumlah device mobile yang ada Indonesia, lalu apa saja sih yang sangat mempengaruhi pertumbuhan konten mobile di Indonesia, atau apakah operator penyedia layanan telekomunikasi (MNO=Mobile Network Operator) di Indonesia sudah siap menyambut dan mendorong pertumbuhan Kontent mobile di Indonesia… sekilas jawaban saya untuk pertanyaan trakhir saya jawab… MNO belum sepenuhnya siap..

Mungkin Bahasan ini sedikit memberikan gambaran ke kita situasi yang ada di Indonesia sekarang :

Secara umum bisnis model operator penyedia jaringan telekomunikasi di Indonesia terhadap konten mobile terbagai atas tiga bisnis model yaitu bisnis model market centric, bisnis model operator centric, bisnis model device centric.

Model market centric adalah model yang paling populer diterapkan, dimana di dalam model ini terdapat peran agregator sebagai pengumpul lisensi konten, kehadiran agregator membuat operator lebih mudah mengatur pola kerjasama dengan penyedia content (content providers), operator bekerjasama dengan penyedia kontent melalaui agregator membuat ekosistem layanan yang bisa digunakan lintas operator dan jenis ponsel(device) yang digunakan oleh pelanggan.

Model bisnis operator centric, content atau aplikasi yang dirancang oleh penyedia layanan (content providers) hanya berjalan di operator tertentu, seperti aplikasi embedded. pada model bisnis ini operator penyedia layanan jaringan telekomunikasi berperan sebagai reseller dari content/aplikasi yang dirancang oleh penyedia content.

Bisnis Model device centric merupakan bisnis model operator dimana aplikasi hanya dirancang berjalan untuk device (ponsel) dengan sistem operasi tertentu, seperti blacberry messanger, Nokia messanger,dan sebagainya. pada bisnis model device centric ini operator umumnya berperan sebatas penyedia jaringan mobile broadband.

ITU ADALAH BISNIS MODEL DARI SISI OPERATOR…. bagaimana sebenarnya bisnis model yang digunakan penyedia kontent (content providers).

sebelum ke bahasan bisnis model content providers, mungkin bagusnya kita melihat sejenak Value Chain Konten Mobile seperti apa sih sebenarnya.

Value chain (rantai nilai) merupakan sebuah sistem yang merupakan rangkaian aktifitas maupun subsystem yang berinteraksi satu dengan yang lain dimana masing-masing memberikan nilai terhadap kompetensi perusahaan (Porter,1985). value juga dapat didefenisikan sebagai jumlah pembeli yang mau membayar untuk apa yang diberikan oleh suatu perusahaan. suatu perusahaan menguntungkan jika valuenya melebihi biaya pembuatan produk. Value, yang merupakan kebalikan dari biaya, harus digunakan untuk menganalisa posisi persaingan (competitive position) karena perusahaan sering kali meningkatkan biaya mereka dengan tujuan meningkatkan harga melalui difensiasi (Porter, 1985).

Customer
Target dari aktifitas value chain adalah mobile internet user. costomer akan menggunakan produk akhir dari realisasi aktifitas dalam value chain.

Acces Provider
Access Provider menyediakan pengguna untuk mengakses network. Access Provider mengoperasikan dan mengelola network dan mengontrol fungsi dari mobile service.

Mobile Internet Service Provider
Akses terhadap mobile internet disediakan oleh Mobile Internet Service Provider (MISP). layanan dan konten dapat di akses melalui menu yang disediakan melalui jaringan yang disediakan oleh access provider. biasanya MISP dilaksanakan oleh Access provider.

Content Aggregator
Content Aggregators adalah perusahaan-perusahaan yang mengumpulkan content di dalam sebuah site(portal). content aggregators biasanya hanya fokus mengumpulkan content untuk portal tertentu, bukan menambahkan content/layanan.

Content Provider
Content Provider membuat/menyediakan content untuk user melalui mobile internet. content provider memiliki situs tetapi belum tentu situs tersebut menyediakan informasi yang diberikan terhadap users. Pengguna dapat mengakses content baik melalui perantara content aggregator atau tanpa perantara.

Content Owner
Content Owner adalah pemilik dari content yang disajikan dalam mobile internet tersebut.

Kita dapat mengidentifikasi 5 (lima) jenis bisnis model yang digunakan penyedia kontent internet mobile (content providers) di indonesia yaitu
bisnis model user feee,
bisnis model belanja,
bisnis model marketing base,
bisnis model efficiency,
bisnis model iklan,
bisnis model bagi hasil.

Dari kelima bisnis model content providers diatas kalau dibahas secara mendalam akan terungkap bahwa kebanyakan bisnis model memerlukan sistem billing di operator, hal inilah salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan kontent mobile di indonesia tidak sebanding dengan penetrasi penggunaan device mobile di Indonesia, . Biasanya biaya yang dikeluarkan oleh pengguna berupa biaya langganan bulanan, biaya per pemakaian, biaya per jumlah informasi yang disajikan kepada pengguna. untuk saat ini hal ini hanya berlaku untuk content-content kuno like sms premium, tetapi content untuk kelas modren skarang seperti content untuk device mobile smartphone seperti android,iphone,dll belum ada yang penulis lihat yang sudah menggunakan billing dengan bulanan,dll, biasanya charge untuk content untuk itu masih sebatas charge misalnya pas waktu instlasi ketika melakukan instlasi dari market operator (ex. im2,dll). dari sudut pandang itu sebenarnya MNO belum siap untuk mendukung pertumbuhan kontent atau memang sengaja untuk tidak siap kearah sana, seperti yang terjadi di content jadul (ex. sms premium,dll) dimana MNO melakukan monopoli sendiri untuk menyediakannya.

Ketidaksiapan MNO seperti billing inilah yang sangat mempengaruhi pertumbuhan content. kita ingat betul pada tahun 2000 s/d 2004 pertumbuhan kontent mobile yang paling menggemparkan dunia dan menjadi banyak rujukan negara-negara didunia yaitu pertumbuhan content di Jepang khususnya yang di kenal dengan istilah i-Mode. sebenarnya mobile Internet kontent dijepang waktu itu dikenal dengan i-mode, EZweb and J-Sky.

dimana i-Mode itu sendiri adalah produk dari NTT DoCoMo salah satu dari 3 MNO yang ada di Jepang waktu itu. bisa dibayangkan waktu itu ada 30 million active subscribers padahal waktu jepang dengan populasi 126 million. sungguh dahsyat, hal inilah yang menyebabkan Jepang menjadi referensi utama MNO di seluruh dunia untuk masalah model bisnis mobile kontent di dunia. dari literatur salah satu yang menyebabkan pertumbuhan yang dahsyat industri kontent di jepang itu adalah bahwa MNO khususnya NTT Docomo sudah sangat siap menerima pertumbuhan kontent tersebut bahkan mendorong pertumbuhannya dengan menyediakan sistem billing sehingga memicu pengembang untuk mengembangkan kontentnya. Indonesia kabarnya MNO sudah siap sitem billing untuk kontent,, tapi sayangnya itu adalah sistem billing untuk kontent jadul seperti kontent untuk NOKIA, dan yang kita dengar isu bahkan untuk Telkomsel untuk mengurusi sistem billing itu harus di handle oleh perusahaan dari ISRAEL.

Sekilas ada yang salah di bidang urusuan kontent mobile di Indonesia, BRTI sebagai badan perpanjangan tangat dari pemerintah harus lebih jeli dan teliti serta kreatif untuk mendukung perkembangan kontent mobile ini dalam rangka memujakan industri kontent mobile di Indonesia, jangan sampai operator bisa mengarahkan kebijakan hal-hal yang seharusnya tidak menjadi kewenangan MNO.

REFERENSI :

l-Debei, M., Haddadeh, R., & Avison, D. (2008). Defining the Business Model in the New World of Digital Business. Proceedings of the Fourteenth Americas Conference on Information Systems.

Avison, D., & Al-Debei, M. (2009). Business Model Requirements and Challenges in the Mobile Telecommunication Sector. Journal of Organizational Transformation and Social Change, Intellect Publisher.

El-Haddadeh, R., Al-Debei, M., & Avison, D. (2008). Towards A Business Model for Cellular Network and Telecommunication Operators : A Theoritical Framework. Proceedings of the U.K. Academy for Information Systems (UKAIS), 13th Annual Conference.

Hanbo, Z. (2008). Emerging Business Models of The Mobile Internet Market. Helsinki,Finlandia: Helsinki University of Technology.

Kallio, J., Tinnila, M., & Tseng, A. (2006). An international comparison of operator-driven business models. Business Process Management Journal, Emerald Group Publishing Limited, Vol. 12 No. 3, 2006 pp. 281-298.

Kan, W. (2009). The Research On Classification Of Mobile Business Model. Second International Conference on Future Information Technology and Management Engineering, IEEE DOI 10.1109/FITME.2009.78.